Jumat 16 Feb 2024 17:56 WIB

Gerindra Targetkan Bentuk Koalisi Gemuk Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Gerindra akan membentuk koalisi gemuk untuk mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.

Rep: Febryan A/ Red: Bilal Ramadhan
Capres pemenang Pilpres 2024 versi quick count, Prabowo Subianto. Gerindra akan membentuk koalisi gemuk untuk mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.
Foto: Republika/Febryan A
Capres pemenang Pilpres 2024 versi quick count, Prabowo Subianto. Gerindra akan membentuk koalisi gemuk untuk mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan, pihaknya akan merangkul sebanyak-banyaknya partai politik yang bukan pendukung Prabowo-Gibran untuk membentuk koalisi besar sehingga menjadi mayoritas di DPR RI. Kekuatan mayoritas di parlemen diperlukan untuk memastikan pemerintahan Prabowo berjalan mulus.

"Lebih banyak (partai yang menjadi pendukung Prabowo-Gibran), lebih baik supaya pemerintahan ini kuat, bisa didukung oleh kekuatan mayoritas parlemen," kata Muzani usai mendampingi Prabowo menziarahi makam Habib Ali Kwitang di Kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (16/2/2024).

Baca Juga

Berdasarkan hasil quick count yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dengan data masuk 95,43 persen, koalisi partai politik pengusung Prabowo-Gibran atau Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang masuk parlemen adalah Golkar, Gerindra, PAN, dan Demokrat. Keempat partai tersebut total mendapatkan 42,85 persen suara dalam Pileg DPR RI. 

Adapun koalisi partai pendukung Anies-Muhaimin, yakni Nasdem, PKB, dan PKS, total mendapatkan 28,07 persen suara. Sementara itu, koalisi partai pendukung Ganjar-Mahfud, yakni PDIP dan PPP, mendapatkan 20,42 persen suara.

Jika hasil quick count itu sejalan dengan hasil penghitungan resmi KPU, maka kemungkinan total kursi yang didapatkan koalisi Prabowo di Senayan tak mencapai 50 persen. 

Muzani belum bisa mengungkapkan jumlah partai yang akan diajak bergabung dalam barisan pendukung pemerintahan Prabowo dan jumlah partai yang akan ditinggalkan agar menjadi oposisi. Sebab, desain kerja sama politik antara partai-partai koalisi pengusung Prabowo-Gibran dan partai kompetitor masih dalam proses perancangan.

"Mestinya program-program kerakyatan, program-program pemerintahan akan makin efektif kalau didukung oleh mayoritas kekuatan di Senayan," kata Muzani ketika ditanya apakah pihaknya akan menyisakan sejumlah partai agar tercipta kekuatan oposisi.

Muzani menyebut, pihaknya sudah mulai dan akan terus berkomunikasi dengan partai-partai pengusung pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Anies-Muhaimin dan nomor urut 3, Ganjar-Mahfud. Komunikasi dilakukan atas perintah Prabowo.

"Pak Prabowo meminta kepada kami untuk terus berkomunikasi dengan para pemimpin partai politik dan kekuatan-kekuatan yang kemarin tidak mendukung beliau," kata Muzani.

Dia menambahkan, Prabowo akan turun langsung menemui tokoh-tokoh pendukung Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Namun, dia enggan menyebutkan nama-nama tokoh itu.

"Tadi baru saja juga beliau menyampaikan akan mendatangi beberapa tokoh yang juga tidak mendukung beliau," kata Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Citra Institute, Efriza memprediksi Prabowo sebagai pemenang Pilpres 2024 versi quick count akan mengajak Nasdem, PKB, dan PPP bergabung dalam koalisi pendukung pemerintahannya. Prabowo perlu melakukan itu agar mendapatkan dukungan mayoritas di parlemen, sehingga pemerintahannya kelak bisa berjalan mulus.

"(Prabowo) perlu membangun kekuatan koalisi yang besar jika ingin  keputusan atau kebijakan pemerintahannya tidak diganggu oleh parlemen," kata Efriza kepada Republika, kemarin.

Efriza menjelaskan, apabila Prabowo berhasil merangkul tiga partai tersebut, maka tersisa dua partai yang akan menjadi oposisi di parlemen. Keduanya adalah PDIP dan PKS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement