REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan sejumlah survei, tingkat kepuasan publik atau approval rating Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi tinggi di sekitar angka 80 persen. Meski kepemimpinan era Jokowi terbilang mendapat respons positif dari masyarakat, calon presiden (capres) Koalisi Perubahan Anies Baswedan tetap optimistis mengusung perubahan di Indonesia.
"Kan Jokowi sudah enggak ikut pemilu lagi. Jadi itu bukan faktor (memengaruhi tidak dipilihnya Anies dengan mengusung isu perubahan)," kata Anies saat mengisi acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit 2023 di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).
Meski approval rating kepemimpinan Jokowi tinggi, Anies menilai banyak masalah di Indonesia yang tetap mesti diubah. Terutama berkaitan dengan tingginya harga bahan pokok serta minimnya lapangan pekerjaan.
"Pertanyaan saya, apakah kebutuhan pokok harganya murah atau mahal? Mahal. Apakah pelayanan kesehatan itu mudah atau rumit? Rumit. Apakah lapangan pekerjaan mudah atau sulit? Sulit. Kalau gitu, mau diteruskan? Enggak. Kalau enggak, berarti perlu apa? Perubahan," ujar Jokowi kepada para audiens yang mayoritas gen-Z.
Anies menegaskan bahwa bukan tingginya approval rating Jokowi yang memengaruhi setuju atau tidak setuju masyarakat pada konsep perubahan. Yang ditekankan adalah tentang realitas masalah yang dihadapi rakyat di lapangan. Menurutnya, berbagai sektor, baik bahan pangan, kesehatan, pendidikan, hingga lapangan pekerjaan masih sulit hingga saat ini sehingga masyarakat butuh perubahan.
"Jadi inilah kenyataannya, kami ingin bicara perubahan kebijakan. Kalau tentang kepresidenan Pak Jokowi memang akan selesai sampai 2024. Jadi buat kita semua ya tinggal dipilih saja, mau melanjutkan atau mau perubahan. Pilihannya di rakyat," ujar dia.
Sebelumnya diketahui, sejumlah survei menunjukkan approval rating Jokowi tinggi. Salah satunya LSI Denny JA dalam survei yang dilakukan pada 6-13 November 2023. Hal itu terjadi meskipun Jokowi diterpa serangan isu dinasti politik, nepotisme, dan cawe-cawe demokrasi.
Peneliti LSI Denny JA Adjie Al Faraby menjelaskan ada perbedaan hasil survei terhadap kalangan terpelajar dan 'wong cilik'. Tingkat kepuasan publik pada kaum terpelajar mengalami sedikit penurunan, sementara di kalangan wong cilik justru meningkat cukup tinggi.
"Memang akibat serangan itu, kepuasan atas Jokowi sedikit menurun di kalangan terpelajar. Pada Oktober 2023 kepuasan terhadap Jokowi di kalangan terpelajar sebesar 70,5 persen. Pada November 2023 terjadi penurunan menjadi 68,7 persen," kata Adjie saat merilis hasil survei terbaru bertajuk '90 Hari Menjelang Pilpres: yang Terjungkal dan yang Meroket' di Kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Senin (20/11/2023).
Namun, pada saat yang sama, kepuasan publik terhadap Jokowi naik di kalangan wong cilik (pendapatan di bawah Rp 2 juta per bulan). Pada Oktober 2023 kepuasan terhadap Jokowi di segmen wong cilik sebesar 75,1 persen, sedangkan pada November 2023 naik 7,8 persen menjadi 82,9 persen.
"Kepuasan atas Jokowi secara agregat justru menaik. Memang, kepuasan terhadap Jokowi itu atau approval rating menurun di kalangan terpelajar tapi menaik di pemilih mayoritas wong cilik," tutur dia.
Peningkatan kepuasan publik terhadap Jokowi di kalangan wong cilik terjadi lantaran aneka bantuan sosial yang digencarkan rezim Jokowi. Diantaranya Program Keluarga Harapan, Bantuan Langsung Tunai hingga Bantuan Beras. Berdasarkan Buku Himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) Tahun Anggaran 2024, anggaran Kemensos direncanakan sebesar Rp 79,19 triliun.
"Karena di kelas bawah lebih peduli dengan isu-isu ekonomi yang memang langsung konkrit berhubungna dengan kebutuhan mereka sehari-hari. Memang isu ini tidak punya dampak yang signifikan di kalangan wong cilik. Itulah yang menjelaskan kenapa approval rating Pak Jokowi tetap tinggi, kemudian pemilih Prabowo-Gibran dari kalangan wong cilik mengalami kenaikan," tegas dia.