REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan oknum aparat TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud dinilai mencederai iklim demokrasi menjelang Pemilu 2024. Kali ini terjadi di Boyolali (Jateng), yang melibatkan sejumlah anggota Yonif 408/Subrastha.
“TPN sangat menyesalkan tindakan kekerasan aparat TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud. Kami mendesak pimpinan TNI, utamanya pihak POMDAM Diponegoro untuk mengusut tuntas tindak kekerasan anggotanya terhadap warga sipil,” demikian keterangan Ammarsjah Purba selaku Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) pemenangan capres Ganjar Pranowo dan cawapres Mahfud MD pada Senin (2/1/2024).
Dalam kampanye pilpres saat ini, semua pihak diharapkan bisa menahan diri, tidak mudah terprovokasi, termasuk aparat negara. “Kita boleh menduga apa yang terjadi di Boyolali kemarin, ada juga faktor psikologis, bahwa baik pelaku maupun korban kekerasan, sama-sama masih berjiwa muda yang cenderung temperamental. Dari peristiwa serupa di tempat lain, para pelaku dari unsur militer, biasanya dari level tamtama, yang umumnya berusia muda,” tambah Ammar.
Menurutnya, peristiwa di Boyolali harus dijadikan pelajaran bahwa aparatur negara harus netral menyikapi Pemilu 2024. “Sebagai aparat negara, idealnya bersikap netral, yakni menjaga situasi masa kampanye tetap kondusif dan aman, ini yang kita harapkan,” ujar Ammar.
Dalam menutup keterangannya, Ammar meminta agar para relawan Ganjar-Mahfud tidak surut dalam berkampanye di tengah masyarakat, anggap saja kejadian di Boyolali sebagai pelajaran. Adalah hal biasa, dalam ajang kampanye, selalu terjadi gesekan antar elemen masyarakat, untuk itu diharapkan aparat kepolisian di masing-masing wilayah, bukan terbatas Solo Raya untuk mengantisipasi, juga bagi koordinator lapangan relawan dimana pun, untuk lebih tegas dalam memandu massa.
Apa yang terjadi di Boyolali ibarat riak kecil dalam perjuangan, justru ini bisa dijadikan introspeksi diri, agar kita lebih hati-hati dan waspada dalam kegiatan di lapangan. TPN paham, para relawan umumnya masih berusia muda, dan memiliki semangat tinggi, bahkan cenderung fanatik terhadap capres-cawapres yang didukung.
"Untuk itu jangan mudah terpancing provokasi, begitu juga sebaliknya, seandainya kita yang dianggap melakukan provokasi, seluruh relawan akan kena getahnya, dan tentu saja berdampak kurang baik bagi citra relawan,” tegas Ammar.