REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden, Anies Rasyid Baswedan, menyebut bahwa situs Kementerian Pertahanan era Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pernah diretas pada 2023. Sehingga kondisi itu sangat memprihatinkan untuk menggambarkan kondisi pertahanan Indonesia saat ini.
Anies yang berlatar ilmuwan dan pendidik ini menjelaskan, kondisi pertahanan siber menjadi salah satu masalah yang harus diantisipasi Indonesia pada saat ini, sehingga ia mengkritik Kementerian Pertahanan yang seharusnya menjadi garda terdepan untuk menahan serangan siber, justru pernah kebobolan oleh para peretas.
"Lebih jauh lagi, ironisnya, Kementerian Pertahanan menjadi kementerian yang dibobol oleh hacker pada 2023," kata mantan rektor Universitas Paramadina itu.
Selain serangan siber, pemerintah harus mampu mengantisipasi berbagai jenis serangan lainnya, seperti virus, narkoba, pencurian ikan, dan lainnya, sehingga sistem pertahanan negara harus lebih ditingkatkan ke depan, kata dia.
"Sebanyak Rp 700 triliun anggaran kementerian pertahanan tidak bisa mempertahankan itu, namun justru dipakai untuk membeli alutsista yang bekas," kata suami Fery Farhati itu.
Oleh karena itu, jika pasangan calon Anies-Muhaimin diberikan kepercayaan memimpin Indonesia nanti, maka sistem pertahanan untuk mengantisipasi berbagai serangan global yang mengintai negara dan rakyat saat ini akan diantisipasi, tutur dia.
Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan tiga pasangan capres-cawapres peserta Pemilu presiden dan wakil presiden 2024, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.
Selepas debat pertama pada 12 Desember 2023 dan debat kedua pada 22 Desember 2023, KPU menggelar debat ketiga yang mempertemukan para capres. Tema debat ketiga meliputi pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.