Senin 08 Jan 2024 23:59 WIB

Pakar: Ide Bentuk Duta Besar Siber Bagus Dijadikan Command Center

Negara bisa mengetahui gambaran yang lebih luas soal kondisi keamanan siber

Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menanggapi singkat pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut tak semua data pertahanan negara dapat dibuka, di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, Senin (8/1/2024).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menanggapi singkat pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut tak semua data pertahanan negara dapat dibuka, di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, Senin (8/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha menilai ide capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo yang ingin membentuk duta besar siber bagi Indonesia sangat bagus untuk dijadikan sebagai command center dari lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertahanan.

“Pernyataan calon presiden Ganjar Pranowo tersebut merupakan sebuah gagasan yang sangat bagus, mengingat saat ini di Indonesia ada beberapa lembaga yang memiliki kemampuan dalam hal pertahanan,” kata Pratama di Jakarta, Senin.

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC itu menilai gagasan Ganjar sangat bagus, mengingat saat ini di Indonesia ada beberapa lembaga yang memiliki kemampuan dalam hal pertahanan siber seperti BSSN, Badan Intelijen Nasinal (BIN), Kementerian Komunikasi hingga Informatika (Kominfo), yang masih bekerja sendiri-sendiri dalam menjaga keamanan siber di Indonesia.

“Sehingga penunjukan duta besar siber akan sangat berguna dalam mengorkestrasikan semua lembaga tersebut sehingga tidak ada fungsi yang saling tumpang tindih namun akan dapat saling melengkapi dan menguatkan,” ucapnya.

Dengan adanya kehadiran duta besar sebagai command center, Pratama menjelaskan negara bisa mengetahui gambaran yang lebih luas soal kondisi keamanan siber dari berbagai sudut pandang.

Misalnya seperti berbagai hal terkait kejahatan siber, kondisi serangan siber yang terjadi di lembaga pemerintahan, penyebaran hoaks sampai insiden siber yang dapat berdampak pada keamanan dan kestabilan negara.

“Duta Besar siber juga dapat menjadi kanal komunikasi dari berbagai lembaga tersebut sehingga koordinasi antar lembaga akan dapat lebih mulus dan terarah,” kata Pratama.

Sebelumnya, Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyodorkan lima kebijakan untuk mewujudkan pertahanan negara yang tangguh dalam debat ketiga yang mempertemukan antarcapres.

Lima kebijakan tersebut diyakininya dapat menjawab pertanyaan mengenai pertahanan yang dinilai dapat tercapai dengan memanfaatkan teknologi siber, kecerdasan artifisial, dan satelit untuk teknologi geospasial.

Pertama memperkuat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan membuat sistem keamanan yang baik. Kedua, selain membangun sumber daya manusia dan infrastruktur yang baik, kecepatan dan jangkauan internet tinggi juga diperlukan.

"Maka kalau kita membuat satu sistem infrastruktur yang bagus, jangan dikorupsi. Ini yang kemudian menjadi persoalan, maka tidak pernah selesai," katanya.

 

Ketiga, Ganjar ingin melibatkan penerima beasiswa LPDP untuk dilibatkan maupun berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keempat, pengamanan di Kepolisian RI memerlukan institusi siber yang dipimpin oleh jenderal bintang tiga.

Sementara kebijakan yang kelima yakni perlu adanya duta besar siber.

Selepas debat pertama pada tanggal 12 Desember 2023 dan debat kedua pada tanggal 22 Desember 2023, KPU menggelar debat ketiga yang kembali mempertemukan para capres.

Tema debat ketiga yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI di Jakarta, Ahad (7/1), meliputi pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement