REPUBLIKA.CO.ID -- JAKARTA -- Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis survei terbarunya terkait elektabilitas capres berdasarkan tren top of mind. Peneliti Utama Indikator dan Dosen Senior Sosiologi UIN Jakarta, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, berdasarkan simulasi ini, sebanyak 46,4 persen responden mengaku akan memilih Prabowo Subianto.
Kemudian sebanyak 22,4 persen responden menyebut akan memilih Anies Baswedan dan sebanyak 20,2 persen akan memilih Ganjar Pranowo.
"Berdasarkan simulasi ini 46,4 persen responden itu mengaku akan memilih Prabowo Subianto. Kemudian 22,4 persen mengaku akan memilih Anies Baswedan dan 20,2 persen mengaku akan memilih Ganjar Pranowo," ujar Burhanuddin dalam paparan hasil survei Indikator dengan tema Efek Elektoral Debat Capres: Perbandingan Survei Tatap Muka dan Survei Telepon, Sabtu (20/1/2024).
Selain itu, Burhanuddin juga menyampaikan bahwa dalam survei tatap muka ini, sebanyak 1,2 persen responden menyebut nama lain yakni nama para cawapres. Dan sekitar 9,9 persen menyatakan belum memiliki pilihan.
Burhanudin mengatakan, suara Prabowo Subianto berdasarkan simulasi ini terus mengalami kenaikan.
"Tren berdasarkan tren top of mind itu suara Pak Prabowo masih naik. Jadi memang di rilis sebelumnya kalau pakai simulasi pasangan capres cawapres ada stagnasi tapi kalau top of mind dia konsisten naik," jelas dia.
Begitu juga dengan suara Anies Baswedan yang juga dinilai mengalami kenaikan. Sementara untuk elektabilitas Ganjar Pranowo berdasarkan simulasi top of mind pilihan presiden, mulai stagnan meskipun sedikit mengalami penurunan.
"Tapi intinya kira-kira sepertinya suara mas Ganjar kalau pakai simulasi ini, itu sudah sama dengan suara PDI Perjuangan. Mirip sekali jadi 20 persen. Ini kira-kira indikasi bahwa Mas Ganjar suaranya makin PDI Perjuangan. Padahal untuk menang kan harus reach out pemilih di luar dari basis partai PDIP harus banyak jalan-jalan ke tempat lain," jelasnya.
Survei terbaru ini dilakukan pada periode 10-16 Januari 2024. Dalam simulasi tren top of mind pilihan presiden ini, Indikator menanyakan kepada responden tanpa memberikan pilihan jawaban. Sehingga responden akan menyebut nama capres yang ada di kepala secara spontan dan terbuka.
"Gunanya adalah untuk menguji seberapa kuat nama capres berada di memori mereka. Jadi semacam top of mind dan ini biasanya menjadi indikasi bagi pemilih loyal," kata Burhanuddin.