Senin 22 Jan 2024 07:21 WIB

Dari SGIE ke Grenflation, Ini Empat Istilah yang Membingungkan Cak Imin dan Mahfud MD

Cawapres lawan kerap kebingungan menjawab pertanyaan yang menggunakan istilah asing.

Debat cawapres antara Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Foto: Republika.co.id
Debat cawapres antara Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dua kali acara debat calon wakil presiden yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) tuntas. Menyisakan satu debat final calon presiden yang akan digelar Februari, sebelum hari pemilihan. Dua kali debat cawapres meninggalkan banyak momen, terutama aksi cawapres pasangan calon nomor urut 2, yakni Gibran Rakabuming Raka. Republika mengompilasi momen-momen Gibran, yang ternyata memicu kontroversi itu, karena tidak bisa dijawab dengan memuaskan oleh cawapres lawan.

Ini membuat KPU harus merilis satu aturan saat debat, karena diprotes oleh dua tim lainnya. Bilang menggunakan istilah asing dan singkatan maka harus dijelaskan dahulu oleh cawapres penanya sebelum dijawab oleh lawannya. Berikut istilah istilah tersebut:

Carbon Capture and Storage

Istilah ini disampaikan Gibran kepada cawapres paslon 3, Mahfud MD dalam debat cawapres pertama. Mahfud MD tidak menjawab pertanyaan Gibran itu dengan memuaskan. CCS adalah satu teknologi yang mampu menangkap buangan karbon yang harusnya ke udara, dialihkan ke dalam satu lokasi geologi tertentu, yang umumnya di dalam tanah. Dengan demikian ini bisa mengurangi polusi udara.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menegaskan strategi Indonesia untuk menjadi hub penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage atau CCS). Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Jodi Mahardi menyebut Indonesia berdiri di garis depan era industri hijau dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 yang mencapai 400 hingga 600 gigaton di depleted reservoir dan saline aquifer.

Potensi itu memungkinkan penyimpanan emisi CO2 nasional selama 322 hingga 482 tahun, dengan perkiraan puncak emisi 1,2 gigaton CO2-ekuivalen pada tahun 2030.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement