Rabu 24 Jan 2024 23:40 WIB

Sejumlah Peneliti di Arab Saudi Berhasil Identifikasi Gen Strain Malaria Mematikan

Peneliti dari berbagai negara terlibat penelitian malaria.

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi). Peneliti dari berbagai negara terlibat penelitian malaria
Foto: AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi). Peneliti dari berbagai negara terlibat penelitian malaria

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Bekerja sama dengan Universitas Sains dan Teknologi Raja Abdullah, para peneliti di Rumah Sakit Spesialis dan Pusat Penelitian King Faisal di Jeddah telah mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk reproduksi jenis malaria yang paling berbahaya.

Para peneliti telah menemukan, bahwa gen PfAP2-MRP bertanggung jawab atas multiplikasi parasit malaria Plasmodium falciparum di dalam sel darah merah.

Baca Juga

Dengan mengganggu fungsi gen ini, parasit menghentikan perbanyakan mereka yang biasa, sehingga mengurangi gejala penyakit dan membatasi penyebarannya.

Dr Ashraf Dada, kepala departemen patologi dan kedokteran laboratorium di KFSHRC di Jeddah dan peneliti utama, mengatakan, penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan obat yang lebih efektif untuk mengobati malaria Plasmodium falciparum, yang dianggap paling berbahaya di antara rekan-rekannya.

“Penyakit ini bertanggung jawab atas kematian lebih dari 500 ribu orang setiap tahun di seluruh dunia,” katanya dilansir dari Arab News, Selasa (23/1/2024).

Dr Ashraf mengatakan,  penelitian ini meningkatkan pemahaman komunitas ilmiah tentang bagaimana penyakit ini berkembang dan mekanisme responsnya terhadap sistem kekebalan tubuh manusia. 

“Ini memperkuat upaya untuk memerangi jenis parasit yang paling mematikan dan tersebar luas yang menyebabkan malaria di benua Afrika,” kata Dr Ashraf.

Para peneliti dari Inggris, Amerika Serikat , dan India adalah bagian dari tim di KFSHRC. Mereka menggunakan teknik laboratorium canggih untuk menganalisis dan mengidentifikasi molekul dan gen protein.

Penemuan ini muncul sebagai hasil kolaborasi antara KFSHRC dan KAUST, yang bertujuan untuk melakukan penelitian yang berkontribusi untuk mengeksplorasi metode inovatif untuk meningkatkan diagnosis mikroba, kuman, dan parasit secara umum, serta mencegah dan mengobati penyakit yang mereka sebabkan.

KFSHRC, diakui secara global untuk pusat penelitian dan pendidikan medisnya yang canggih, berada di peringkat ke-20 dari 250 di seluruh dunia dan menduduki puncak teratas di Timur Tengah dan Afrika dalam peringkat institusi kesehatan Brand Finance tahun 2023.

Berkolaborasi dengan mitra lokal, regional, dan internasional utama, KFSHRC bertujuan untuk memajukan teknologi medis dan meningkatkan perawatan kesehatan dalam skala global.

 

Sumber: Arabnews

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement