Ahad 04 Feb 2024 15:53 WIB

Aktivis Soroti Sivitas Akademika Kampus Partisan, tidak Netral

Ketika sivitas akademika UGM membacakan petisi, ada peserta acungkan tiga jari.

Aliansi Aktivis Nasional Tolak Kampus Jadi Partisan Politik Praktis pun mengkritik manuver sebagian sivitas akademika sejumlah kampus.
Foto: Republika.co.id
Aliansi Aktivis Nasional Tolak Kampus Jadi Partisan Politik Praktis pun mengkritik manuver sebagian sivitas akademika sejumlah kampus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah sivitas akademika dari berbagai kampus, seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Andalas (Unand), Universitas Brawijaya (UB), hingga kampus swasta menelurkan petisi. Mereka yang terdiri guru besar, dosen, dan mahasiswa mengekspresikan keprihatinan atas proses pelaksanaan Pemilu 2024 kepada Presiden Jokowi.

Aliansi Aktivis Nasional Tolak Kampus Jadi Partisan Politik Praktis pun mengkritik manuver sebagian sivitas akademika kampus tersebut. Mereka menolak gerakan itu mengatasnamakan kampus, padahal untuk kepentingan elektoral pasangan calon tertentu.

Koordinator Aliansi Aktivis Nasional Tolak Kampus Jadi Partisan Politik Praktis, M Natsir Sahib, mengatakan, pihaknya kecewa dengan tuntutan akademisi di kampus yang meminta pejabat negara mundur dari kontestasi Pilpres 2024. Apalagi, pernyataan itu dilakukan usai cawapres nomor urut 3, Mahfud MD mundur dari menko polhukam.

Menurut Natsir, kampus harus muncul dengan narasi politik kebangsaan, bukan sebagai politik partisan. Dia menyesalkan, mengapa kampus bersikap partisan memberi paslon tertentu.

"Yang kami sayangkan adalah sekelompok guru besar seharusnya berkomitmen menyampaikan pendapatnya secara akademis bukan menyampaikan pendapat capres lainnya. Kampus sudah terlalu jauh masuk dalam politik partisan, contohnya ketika Timnas Amin ke Jogja ada beberapa dosen ikut hadiri acara kampanye dan kini bersuara memanfaatkan panggung kampus," ujar Natsir di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (4/2/2024).

Ketua Umum Forum Komunikasi santri Indonesia (Foksi) tersebut menyoroti, ketika sivitas akademika UGM membacakan pernyataan sikap petisi di Bulaksumur, ada peserta yang menunjukkan salam tiga jari. Salam itu identik dengan pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Natsir menilai, hal itu menyesatkan publik karena kampus cenderung sebagai provokator, bukan pemersatu bangsa. "Jika kampus menjadi partisan maka akan jadi kecelakaan sejarah dan menimbulkan antipati dan ketidakpercayaan publik karena ketika ada alumni kampusnya jadi peserta pilpres lalu menggadaikan idealisme kampus," ucap Natsir.

Dia pun mengajak agar kampus menjalankan politik kebangsaan, bukan partisan. "Kami yang hadir dari berbagai elemen yang tergabung dalam aliansi ini yang juga alumni berbagai universitas berupaya meluruskan arah kampus untuk menjaga Indonesia selamanya. Politik ini hanya sementara jangan karena keinginan untuk berkuasa lalu menggadaikan semuanya," kata Natsir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement