REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengutip pernyataan Joko Widodo (Jokowi) pada debat pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Saat itu, Jokowi disebutnya telah mengingatkan rakyat untuk tidak memilih calon pemimpin yang memiliki indikasi diktator dan otoriter.
Ganjar saat itu mengaku sebagai bagian dari tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin. Pesan Jokowi saat itu sangat disetujuinya dan harus menjadi pegangan untuk memilih pemimpin pada 14 Februari mendatang.
"Beliau (Jokowi) menyampaikan dan kita diingatkan untuk tidak memilih calon yang memiliki potongan diktator, dan otoriter, dan yang punya rekam jejak pelanggar HAM, yang punya rekam jejak untuk melakukan kekerasan, yang punya rekam jejak masalah korupsi," ujar Ganjar dalam pernyataan penutupnya, Ahad (4/2/2024) malam.
"Saya sangat setuju apa yang beliau sampaikan. Agar kriteria ini menjadi pegangan kita semua dalam memilih pemimpin," sambungnya.
Rakyat Indonesia sering sekali dikecewakan oleh pemimpinnya. Ia bersama Mahfud MD tidak mau fasilitas kesehatan tidak terpenuhi, pendidikan yang tidak inklusi, hingga lapangan pekerjaan yang tidak bisa menjangkau lebih banyak orang.
Pemimpin berikutnya tidak boleh lagi membiarkan kekecewaan itu terulang dan kemarahan rakyat kemudian muncul. Sebab, hal tersebut berpotensi menimbulkan sikap apatis dari masyarakat.
"Dan kali ini, beri suara anda kepada calon yang konsisten, yang visioner, yang mampu mendengarkan rakyat, negarawan, reformis, dan tidak punya persoalan," ujar Ganjar.
Selanjutnya, ia mengingatkan agar semua pihak dapat menjaga proses demokrasi yang ada di negeri ini. Jangan sampai politik dinasti terjadi, ketika rakyat dikesampingkan demi kepentingan keluarga dan kelompoknya.
"Hari ini kampus berbicara, masyarakat spill berbicara, dan kita sedang diingatkan agar track demokrasi bisa berjalan dengan baik. Dan jangan biarkan KKN subur kembali di Indonesia, kita harus tegas menegakkan," ujar mantan gubernur Jawa Tengah itu.