Senin 05 Feb 2024 23:55 WIB

Guru Besar ITB Indikasikan Tanda-Tanda Ketidakadaban di Pemilu Berjalan Semakin Parah

Para guru besar dan dosen ITB melakukan deklarasi di Gedung Sabuga, Kota Bandung

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penyampaian narasi terkait kondisi demokrasi dan pemilu yang mengalami kemunduran saat Deklarasi Akademik Komunitas Guru Besar dan Dosen ITB Peduli Demokrasi Berintegritas, di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (5/2/2024). Dalam acara tersebut disampaikan sembilan pernyataan akademik, di antaranya mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai serta menjunjung hak asasi setiap pemilih, mendorong pemimpin meningkatkan kualitas institusi pendidikan dan sumberdayanya dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan dengan prioritas menggunakan sumberdaya dan teknologi dalam negeri.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Penyampaian narasi terkait kondisi demokrasi dan pemilu yang mengalami kemunduran saat Deklarasi Akademik Komunitas Guru Besar dan Dosen ITB Peduli Demokrasi Berintegritas, di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (5/2/2024). Dalam acara tersebut disampaikan sembilan pernyataan akademik, di antaranya mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai serta menjunjung hak asasi setiap pemilih, mendorong pemimpin meningkatkan kualitas institusi pendidikan dan sumberdayanya dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan dengan prioritas menggunakan sumberdaya dan teknologi dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah guru besar dan dosen ITB peduli demokrasi berintegritas mendorong agar pelaksanaan pemilu tahun 2024 yang segera memasuki tahap pencoblosan lebih beradab. Mereka mengkritisi penyelenggaraan pemilu yang berjalan tidak beradab.

Para guru besar dan dosen ITB melakukan deklarasi di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (5/2/2024) secara luring dan daring. Deklarasi dimulai dengan diskusi oleh Prof Yasraf Amir Piliang dan pembacaan puisi oleh dosen ITB Acep Iwan Saidi.

"Seperti yang kami sampaikan di judul presentasi bahwa kita berharap pemilu pilpres yang akan kita laksanakan sebentar lagi kita berharap menjadi pemilu yang berkeadaban," ucap Prof Yasraf seusai deklarasi, Senin (5/2/2024).

Ia mengatakan pemilu yang berkeadaban tidak hanya menyangkut kegiatan pencoblosan. Namun, jauh dari itu tentang nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, penghargaan kepada yang lain, nilai kesantuan yang merupakan nilai dari demokrasi.

"Itu adalah nilai-nilai budaya demokrasi kita yang asli. Sekarang ini mulai menghilang satu per satu," kata dia.

Ia bersama guru besar lainnya melihat penyelenggaraan pemilu berjalan dengan cara-cara yang tidak beradab. Bentuk ketidakadaban tersebut yaitu kecurangan, kelicikan, tidak jujur dan menipu serta yang lainnya.

"Kita deklarasi itu karena khawatir pemilu nanti itu menjadi pemilu yang berkebalikan dengan pemilu yang berkeadaban, menjadi pemilu yang tidak berkeadaban, pemilu yang curang, pemilu yang tidak didasari dengan keterbukaan pemilu, pemilu yang didasari oleh akal akalan. Itu adalah kekhawatiran kita," kata dia.

Dengan deklarasi yang dilakukan, ia mengatakan setidaknya memberikan arahan dan usulan terhadap proses demokrasi yang berlangsung. Diharapkan proses demokrasi berjalan dengan nilai keadaban yang dibawa pewaris bangsa.

"Intinya memang, katakanlah, ketidakadaban ini saya rasa kita juga mengalami tidak hanya pada proses pemilu ini. Kita berharap proses pemilu ini tidak akan terjadi dengan cara yang tidak beradab," kata dia.

Namun begitu, ia melihat hari ke hari tanda-tanda ketidakadaban sudah mulai banyak mengemuka bahkan semua orang membicarakan itu. Ia mengungkapkan pilpres sebelumnya pun terjadi proses ketidakadaban hanya tidak separah saat ini.

"Kita terdorong membuat deklarasi ini karena proses pencurangan atau proses pemilu yang tidak berkeadaban itu semakin menunjukkan tanda-tanda yang semakin parah, itu yang mendorong kita melakukan deklarasi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement