REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (Jubir TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Guntur Romli menegaskan, kritik para guru besar dari berbagai kampus di Indonesia terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan perkembangan demokrasi, bersumber dari keprihatinan publik.
Guntur menyatakan, para guru besar itu adalah kompas mata hati bangsa. "Kritik-kritik mereka (para guru besar) bersumber dari keprihatinan publik terhadap kondisi sosial dan politik saat ini," ujar Guntur di Jakarta dikutip Rabu (6/2/2024).
Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menilai, status yang dibuat Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat Andi Arief di X yang menyenggol nama Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto terkait aksi dan petisi para guru besar, sebagai hal tendensius. Dalam cicitannya, Andi meminta jangan ada yang membenturkan kampus dengan rakyat.
Menurut Guntur, tidak mungkin para guru besar yang berintegritas itu digerakkan oleh seorang politisi atau pimpinan partai. Dia juga merasa tidak masuk akal, banyak guru besar dari berbagai kampus bersuara karena terafiliasi dengan partainya.
"Komentar Andi Arief tendensius dan tidak masuk akal, bagaimana mungkin guru-guru besar yang terhormat dan berintegritas yang selama ini menjaga etika dan nilai-nilai keluhuran bisa dituduh digerakkan oleh satu orang," ucap Guntur.
Sebelumnya, Andi Arief bercuit dengan meminta jangan ada yang membenturkan kampus dengan rakyat. "Jangan diadu antara kampus dan rakyat. Jangan dibenturkan antara forum guru besar dengan rakyat yang mood politiknya menginginkan pencoblosan pada 14 Februari nanti. Tidak semudah itu Hasto!" katanya dalam akun X.