Kamis 08 Feb 2024 19:55 WIB

Bapanas Ungkap Alasan Bantuan Pangan Beras Dihentikan Mulai Hari Ini

Bantuan pangan akan kembali didistribusikan mulai 15 Februari.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024). Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024). Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaluran bantuan pangan beras  ditunda sementara mulai Kamis (8/2/2024) hari ini hingga pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) pada Rabu (14/2/2024). Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, penundaan ini dilakukan untuk memastikan kondusivitas pemilihan umum (Pemilu) yang sebentar lagi akan digelar pada 14 Februari 2024 di seluruh Indonesia.

“Jadi hari ini tanggal 8 Februari kita pastikan penyaluran bantuan pangan beras dihentikan sementara untuk mendukung proses demokrasi yang akan berlangsung pada 14 Februari mendatang. Ini komitmen kita bersama untuk memastikan Pemilu berlangsung secara tenang, baik, dan lancar," ujar Arief dalam keterangannya, Kamis (8/2/2024) di Jakarta.

Baca Juga

Karena itu, atas nama pemerintah, Badan Pangan Nasional memohon maaf atas penundaan sementara penyaluran bantuan beras. Setelah pencoblosan selesai, Arief memastikan penyaluran bantuan pangan akan kembali dilanjutkan kepada keluarga penerima manfaat mulai 15 Februari 2024.

"Bapak Presiden menyampaikan jika masa tenang Pemilu seperti ini memang sebaiknya diberhentikan sementara terlebih dulu. Jadi Bapak presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut saat penyaluran bantuan pangan di Jawa Tengah beberapa waktu lalu," katanya.

Lebih lanjut Arief menjelaskan, penghentian sementara penyaluran bantuan pangan beras dilakukan mulai tanggal 8 Februari hingga 14 Februari, dan akan dilanjutkan kembali pada 15 Februari. Dia juga menampik anggapan sebagian pihak yang menuding bahwa bantuan pangan ini politis.

"Saya harus sampaikan, program bantuan pangan beras ini sebenarnya sudah disiapkan dan dikerjakan sudah cukup lama. Jadi bukan Januari Februari kemudian jelang Pemilu, tidak begitu. Dari sebelum sebelumnya memang sudah dikerjakan," katanya.

"Kita mau sampaikan tidak ada politisasi dalam bantuan pangan beras pemerintah ini kepada 22 juta keluarga penerima manfaat, sehingga nanti pada waktunya mencoblos memang tidak terkait antara bantuan pangan dengan Pemilu," lanjut Arief.

Kendati demikian, Arief menekankan hanya program bantuan pangan beras saja yang dihentikan sementara jelang pemilu tahun ini. Ia katakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tetap berjalan seperti biasanya guna memastikan ketersediaan stok beras secured di semua lini pasar.

“Kegiatan-kegiatan lain untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan masih tetap dijalankan. Ini  karena beras ini kebutuhannya dalam 1 bulan ada 2,6 juta ton yang diperlukan masyarakat Indonesia. Jadi hanya bantuan pangan yang dihentikan sementara," ujarnya.

 

Sedangkan beras SPHP kata dia, tetap berlanjut termasuk pengiriman stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ke Pasar Induk Beras Cipinang, ke pasar-pasar maupun ke ritel modern. Dalam kesempatan itu, Arief juga menjawab beras SPHP yang dilabeli pasangan calon tertentu.

“Terkait beras SPHP yang sempat diisukan ditempeli stiker pasangan calon tertentu, jadi begini, beras SPHP itu bukan beras bantuan pangan yang gratis, itu beras bisa dibeli dimana pun. Kemudian yang jelas, beras itu keluar dari Bulog, kemudian sampai ke masyarakat itu, pastinya tidak mungkin ditempeli stiker seperti itu. Kita tidak mungkin punya waktu juga untuk nempel-nempelin begitu,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement