Sabtu 10 Feb 2024 13:00 WIB

Jelang Pencoblosan, Peserta Pemilu 2024 Diharapkan Jaga Komunikasi Politik

Pesan-pesan politik juga sudah disampaikan peserta pemilu.

Pemilu. (ilustrasi)
Foto: Republika/mgrol100
Pemilu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak lama lagi Rakyat Indonesia bakal menentukan pemimpinnya untuk lima tahun ke depan melalui Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan dilakukan pada 14 Februarai 2024. Pesta demokrasi yang hanya tinggal menghitung hari ini kiranya disambut dengan rasa senang dan gembira.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Komunikasi Politik Lembaga 2indos, Syurya M Nur. Dia juga mengatakan, kata pesta tentunya dengan rasa senang, riang gembira tanpa hasut menghasut, dan adanya harapan yang lebih baik pada akan datang.

Baca Juga

"Kontestasi politik sudah berjalan dengan baik, pesan-pesan politik juga sudah dilakukan oleh semua kandidat baik capres-wapres maupun caleg dengan berbagai macam strategi komunikasi politiknya," kata Syurya, Sabtu (10/2/2024).

Dia mengatakan, harapan kesejahteraan masyarakat Indonesia ada di tangan pemimpin bangsa. "Harapan masyarakat ada di pundak mereka dengan janji-janji yang diberikan, jangan sampai janji hanya tinggal janji ketika sudah menduduki jabatan yang dikehendaki," katanya.

Menurut dia, pesan politik yang disampaikan tentunya adalah sesuatu harapan masyarakat yang tertuang dalam visi misi ke depan. Dia mengatakan, siapapun yang terpilih nantinya, dialah putra terbaik bangsa yang harapan masyarakat harus diperjuangkan.

"Dalam kontestasi politik, saya rasa kecurangan itu pasti ada. Akan tetapi bagaimana kecurangan itu hilang dan minimal dikurangi, tentunya peran kita semua sebagai rakyat dalam mengawasi kontestasi ini untuk mencapai demokrasi yang bermartabat," tutur Dosen Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul ini.

Dia berharap, bagi yang terpilih pada pesta demokrasi nanti harus tetap mengedepankan komunikasi dengan baik. Hal itu untuk menjaga stabilitas negara.

"Setelah terpilih komunikasi politik harus terus dilakukan untuk menjaga stabilitasan negara. Oposisi maupun koalisi itu hal yang lumrah dalam politik, asal jangan memprovokasi rakyat untuk membenci pemimpin yang telah dipilih," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement