Senin 11 Mar 2024 17:28 WIB

Pengamat: Ada ‘Split Ticket Voting’ di Bali, PDIP Mestinya Perkuat Ideologi ke Pemilih

Pengamat menilai ada split ticket voting di Bali seharusnya PDIP perkuat idelogi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Alat peraga kampanye calon legislatif dari PDIP terpasang di Jalan Sudirman, Jakarta. Pengamat menilai ada split ticket voting di Bali seharusnya PDIP perkuat idelogi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Alat peraga kampanye calon legislatif dari PDIP terpasang di Jalan Sudirman, Jakarta. Pengamat menilai ada split ticket voting di Bali seharusnya PDIP perkuat idelogi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat politik Adi Prayitno menyampaikan pandangannya mengenai fenomena unggulnya PDIP dalam Pileg di Provinsi Bali, namun kontradiksi dengan hasil perolehan suara Pilpres Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang kalah. Menurutnya, terjadi keterbelahan pemilih di Pulau Dewata atau disebut dengan split ticket voting.

“Pemililh di Bali terbelah di Pileg dan Pilpres. Satu sisi untuk urusan Pileg mayoritas ke PDIP tapi untuk urusan Pilpres ke Prabowo-Gibran. Ini yang disebut split ticket voting dimana pemilih partai tertentu berbeda dengan pilihan Pilpres,” kata Adi kepada Republika, Senin (11/3/2024).

Baca Juga

Adi menjelaskan, split ticket voting bukan merupakan fenomena baru. Ia menyebut fenomena itu terjadi di negara dengan jumlah partai politik (parpol) yang banyak, seperti Indonesia. Ia mengomparasikan, fenomena itu tidak terjadi di negara demokrasi seperti Amerika Serikat (AS) yang jumlah parpolnya sedikit alias hanya dua parpol.

“Itu fenomena lama. Pemilih suka-suka dalam pilihan politik. Tak terikat partai soal Pilpres,” tegasnya.

Seiring dengan terjadinya fenomena tersebut, Adi menilai perlu evaluasi dari parpol yang menginginkan agar bisa unggul baik secara keidentitas parpol maupun paslon capres-cawapres yang diusung. Menurutnya PDIP ataupun partai-partai lainnya yang mengalami persoalan split ticket voting semestinya menguatkan ideologi di Pulau Dewata.

“(Evaluasinya) memperkuat ideologi partai ke pemilih,” tutur Direktur Eksekutif Parameter Politik yang juga Dosen Politik FISIP UIN Jakarta tersebut.

Sebelumnya diketahui, PDIP menang telak dalam Pileg DPR di Provinsi Bali. Kendati begitu, pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP, Ganjar-Mahfud, ternyata kalah di Pulau Dewata.

Raihan suara PDIP dan Ganjar-Mahfud itu diketahui setelah KPU menetapkan hasil Pemilu 2024 Provinsi Bali dalam rapat rekapitulasi penghitungan suara tingkat nasional yang digelar di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Ahad (10/3/2024).

PDIP dan sembilan calegnya total meraih 1.290.884 suara. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu unggul telak hampir empat kali lipat dibandingkan peraih suara terbanyak kedua, yakni Partai Golkar yang mendulang 333.521 suara.

Dengan raihan suara sebesar itu, PDIP akan memenangkan lima kursi anggota DPR dari total sembilan kursi yang diperebutkan di Daerah Pemilihan (Dapil) Bali. Empat kursi lainnya didapatkan masing-masing satu oleh Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Nasdem.

Raihan kursi itu diketahui setelah Republika mengonversi total suara PDIP menjadi perolehan kursi menggunakan metode Sainte Lague, rumus resmi yang diatur dalam UU Pemilu.

Namun, saat PDIP mendominasi Pileg 2024 di Bali, Ganjar-Mahfud justru kalah. Pasangan nomor urut 3 itu tercatat meraih 1.127.134 suara atau 42,04 persen dari total suara sah.

Pemenang Pilpres 2024 di Bali adalah pasangan Prabowo-Gibran yang mendulang 1.454.640 suara atau 54,25 persen. Sementara itu, pasangan Anies-Muhaimin hanya mendapatkan 99.233 suara atau 3,7 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement