REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyatakan, pihaknya tak membuat program khusus untuk menangani kesehatan mental para calon legislatif (caleg) yang gagal lolos ke parlemen. Tapi, dia mengungkapkan, pemerintah sudah menyiapkan rumah-rumah sakit beserta tenaga kesehatan untuk menangani caleg yang membutuhkan pertolongan.
“Kita sudah melakukan penanganan beberapa rumah sakit. Itu sudah tenaga psikologi klinik, kemudian tenaga psikiater juga sudah siap menangani. Dan kami akan terus mendukung kalau memang dibutuhkan,” ucap Dante saat ditemui Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Dante menyampaikan, pemerintah belum melakukan pemetaan terkait caleg yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat gagal lolos ke parlemen. Menurut dia, Kemenkes juga tidak membuat program khusus untuk penanganannya. Tapi, kata dia, pemerintah siap untuk melakukan evaluasi klinis bagi para caleg yang mengalami stres.
“Tapi memang tidak ada program khusus untuk hal tersebut. Tapi kami siap untuk melakukan evaluasi klinis untuk mereka-mereka yang stres,” jelas Dante.
Sementara itu, dukungan pihak keluarga dinilai sangat penting dan dibutuhkan para calon legislatif (caleg) yang gagal pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Menurut psikiater Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dr Agus Japari mengatakan dukungan dari pihak keluarga dapat mencegah caleg gagal menjadi depresi.
"Dukungan keluarga penting sekali, ini harus ada dan bagus. Maka caleg gagal bisa bertahan, normal kembali, tidak menjadi larut dengan kegagalannya dan mereka bisa kembali bekerja," urai Dokter Spesialis Kejiwaan itu di Makassar, Senin (19/2/2024).
Menurutnya, keluarga harus mengambil peran dalam meningkatkan semangat para caleg gagal, sebab turunnya semangat hingga berujung depresi tidak dipungkiri kerap terjadi pada caleg gagal tersebut.
Support system atau sistem pendukung yang bukan hanya dari keluarga, namun juga teman-teman dan lingkungan, dinilai sangat berpengaruh terhadap kesehatan kejiwaan para caleg gagal untuk bisa lebih menerima kenyataan.
"Support system ini harus selalu memberi dukungan, semangat, dan nasehat, karena siapapun itu jika gagal pasti akan down (semangat menurun), termasuk caleg. Tetapi jika tidak punya dukungan, maka akan lebih gampang sakit kejiwaannya," kata Agus.
Namun jika pun ada yang mengalami sakit karena gagal menjadi anggota legislatif, psikiater Sulsel itu mengimbau anggota keluarga untuk terus mendampingi dan harus datang melakukan konsultasi. Dari sana, kata Agus, akan dilihat seberapa berat gangguan kejiwaan yg dialami.
Adapun tahapan gangguan kejiwaan tersebut diawali dengan kecemasan, khawatir berlebih yang berakibat pada susah tidur atau insomnia, dan selanjutnya banyak pikiran hingga semakin lama hilang semangat, lalu akhirnya depresi.
"Silakan datang ke RSKD Dadi, kami siap memberikan konsultasi. Memang biasanya ada yang alami ini setelah Pileg, meski tidak banyak," ujarnya.
Terkait kesehatan jiwa para caleg gagal juga menjadi perhatian pemerintah pusat melalui imbauan kepada seluruh Rumah Sakit Jiwa (RSJ) se-Indonesia untuk mempersiapkan pengobatan bagi mereka. RSKD Dadi Makassar menyiapkan 14 psikiatri guna memberikan pelayanan maksimal bagi para caleg yang mengalami depresi pasca-Pesta Demokrasi 2024.