REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto berharap para calon wakil presiden atau cawapres dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang strategi mereka untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen dalam debat cawapres yang akan digelar pada 22 Desember 2023 besok.
"Pertumbuhan ekonomi, meskipun bukan segalanya itu merupakan indikator untuk memperkirakan apakah Indonesia dapat menjadi negara maju ke depannya. Ini penting untuk dipaparkan dalam debat nanti," ujar Eko dalam diskusi publik secara daring di Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen–6,5 persen. Lalu pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menargetkan pertumbuhan ekonomi 6 persen–7 persen. Sedangkan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD menargetkan ekonomi tumbuh 7 persen
Eko menyoroti target pertumbuhan ekonomi dari berbagai calon tersebut. Meskipun target yang ambisius, ia melihat hal itu bisa menjadi realistis, dengan catatan strategi yang tepat.
Namun, ia memperingatkan bahwa pertumbuhan di atas 6 persen memerlukan dukungan sektor keuangan, terutama dalam likuiditas. Laju kredit perbankan, yang saat ini hanya tumbuh 9 persen, harus mencapai minimal 20 persen untuk menghindari jebakan kelas menengah atau middle income trap dan mencapai status negara berpendapatan tinggi atau high income country.
"Pertumbuhan kredit yang hanya 10 persen akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen, kecuali langkah-langkah konkret diambil untuk mendukung visi misi para calon pemimpin," kata Eko.
Lebih lanjut Eko mengatakan ada beberapa masalah struktural yang menghambat pertumbuhan ekonomi mencakup biaya logistik tinggi, industri yang potensial impornya tinggi, dan birokrasi yang belum bersih dari korupsi. Eko menekankan perlunya ide dan program yang jelas dari calon untuk mengatasi hambatan tersebut.
Eko berharap dalam konteks mencari dana untuk mempercepat likuiditas, para calon dapat mengelaborasi strategi untuk meningkatkan efisiensi tata kelola, memastikan ICOR yang lebih rendah, dan mengurangi biaya investasi di Indonesia.
ICOR atau Incremental Capital Output Ratio, merupakan rasio antara tambahan modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan keluaran atau output. ICOR yang tinggi menunjukkan bahwa investasi di suatu negara membutuhkan biaya yang besar.
Eko mengidentifikasi tingginya biaya logistik dan potensi impor industri sebagai faktor yang menyebabkan ICOR di Indonesia tinggi. Ia juga menyoroti penurunan tren pertumbuhan ekonomi menjadi 5,05 persen dalam tiga kuartal terakhir.
"Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus dilakukan secara komprehensif," ujar Eko.