REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, berencana mengimpor 1,5 juta ekor sapi dari India ketika dirinya berhasil menjadi presiden. Impor besar-besaran itu bertujuan untuk mewujudkan program susu gratis yang diusungnya.
Prabowo menjelaskan, dirinya ingin susu yang diberikan kepada 82 juta anak Indonesia adalah susu murni, bukan susu kemasan yang mengandung banyak gula dan pengawet. Dengan asumsi setiap anak membutuhkan 500 mililiter, maka setiap hari harus disediakan sekitar 40 juta liter susu dari sapi langsung.
Masalahnya, kata dia, produksi susu sapi di Indonesia saat ini hanya mampu mencukupi sekitar 15 persen dari total kebutuhan nasional. Untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri agar bisa memenuhi kebutuhan 40 juta liter per hari, maka diperlukan tambahan paling sedikit 2,5 juta ekor sapi perah.
"Kita mungkin harus impor 1 juta atau 1,5 juta sapi. Dalam dua tahun dia akan melahirkan, kita akan punya 3 juta sapi. Kira-kira begitu strategi kita. Ini tidak instan, tapi ada will, ada kehendak," kata Prabowo dalam acara diskusi bersama PWI di Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2024).
Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu berencana mendatangkan 1,5 juta ekor sapi perah itu bukan dari Brasil, melainkan dari India. Pasalnya, harga sapi dari India lebih murah karena pengirimannya tidak terlalu jauh.
Prabowo menekankan, program pemberian susu dan makan siang gratis bagi siswa dan santri penting dilakukan untuk meningkatkan gizi anak Indonesia. Dia yakin program tersebut bisa meningkatkan kecerdasan anak-anak Indonesia karena sudah melakukan eksperimen di sebuah sekolah.
Eksperimen itu, kata Prabowo, dilakukan dengan memberikan susu setiap hari dalam lima hari kepada seluruh siswa. Diberikan pula satu telur kepada siswa setiap dua hari.
"Setelah enam bulan, semua nilai akademiknya naik. Jadi, ini terbukti. Anak-anak kita harus kita intervensi sekarang. Kita tidak bisa bicara teori-teori, ya, kan," ujar menteri pertahanan tersebut.
Prabowo juga menjelaskan soal pembiayaan program makan siang dan susu gratis itu yang mencapai Rp 440 triliun per tahun. Dia menyebut, kebutuhan anggarannya memang terlihat besar, tapi Indonesia mampu menyediakan dana.
Pasalnya, anggaran bantuan sosial (bansos) saja saat ini mendekati angka Rp 500 triliun per tahun. Adapun Anggaran pendidikan per tahun mencapai Rp 600 triliun.
"Jadi yang saya tanya adalah kalau kita kasih makan ke anak-anak kita, ini boleh tergolong bantuan sosial atau tidak. Yang kedua, ini boleh tergolong pendidikan atau tidak kasih makan di sekolah," kata Prabowo.
Dia menjelaskan, pembiayaan program itu juga bisa berasal dari peningkatan penerimaan pajak. Prabowo menargetkan tax ratio Indonesia naik dari 12 persen menjadi 18 persen per tahun seperti negara Vietnam dan Thailand. Peningkatan sebesar enam persen itu setara dengan 90 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.394 triliun.