REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ‘AMIN’ menggandeng sejumlah ahli dalam membahas upaya pembangunan 40 kota setara dengan Jakarta. Para ahli memberikan masukan tentang parameter ‘kota pintar’ hingga mengenai potensi investasi.
Timnas AMIN menggelar diskusi dan konferensi pers tentang Akselerasi Pembangunan 40 Kota Setara Jakarta di Rumah Perubahan Jalan Brawijaya X, Jakarta Selatan pada Jumat (12/1/2024). Sejumlah ahli dihadirkan, diantaranya Ahli Tata Kota dari Universitas Islam Indonesia (UII) Suparwoko, Akademisi Management Strategic Universitas Amikom Yogyakarta Hamid Wijaya, dan Direktur Center for Infrastructure Investment & Development Analysis/CIIDEA Bambang Wijananto.
Dalam kesempatan itu, Timnas AMIN menekankan langkah penggodokan 40 kota setara dengan Jakarta dengan akan mengalokasikan anggaran untuk Ibu Kota Negara (IKN). Di samping itu pula, pembangunan di IKN yang sudah diundangkan dianggap tidak akan diabaikan, bahkan wilayah IKN yang tengah dibangun akan dijadikan sebagai kota ke-41 yang masuk dalam daftar pengembangan pembangunan.
Akademisi Management Strategic Universitas Amikom Yogyakarta Hamid Wijaya mengungkapkan bahwa perlunya pendalaman mengenai parameter sebuah kota menjadi setara dengan Jakarta. Dia menekankan pada konsep ‘kota pintar’ atau smart city.
“Memang ketika istilah membangun kota setara Jakarta itu harus dipadankan, (parameter) membangun setara Jakarta banyak, apakah tolnya, transportasinya, dan lain-lain. Maka yang kita usulkan adalah kita menggunakan parameter smart city, saya kira semua provinsi dan kabupaten mengenal istilah smart city, sehingga parameter smart city itu dimatangkan lagi dengan tim,” kata Hamid saat konferensi pers, Jumat.
Dengan adanya panduan atau parameter yang jelas, pembangunan 40 kota setara Jakarta akan menjadi lebih terukur. Realisasinya pun akan lebih terarah.
Sementara itu, Direktur Center for Infrastructure Investment & Development Analysis/CIIDEA Bambang Wijananto lebih fokus pada urusan investasi yang dinilai akan lebih luas dalam pembangunan 40 kota setara Jakarta. Dibandingkan dengan pembangunan IKN semata. Dia meyakini bahwa pemerataan ekonomi terjadi jika ada redistribusi ekonomi.
“Bayangkan IKN dibangun, akan ada satu pusat saja. Jika 40 kota, maka redistribusi ekonomi lebih cepat. Investor akan banyak pilihan daripada 1 portfolio pembangunan satu kota baru,” tutur dia.
Melalui pembangunan 40 kota, katanya, ada diversifikasi risiko bagi investor. Demikian juga dengan sumber pembiayaan menjadi lebih banyak lagi.
“Dari kacamata pembangunan, membangun 40 kota yang sudah ada ini sangat menarik, karena ada diversifikasi risiko, diversifikasi investor, dan diversifikasi pembiayaan,” terangnya.