Sabtu 13 Jan 2024 12:17 WIB

Pilpres 2024 Dinilai Bisa Jadi Momentum Satukan Nahdliyin

Selama ini nahdliyin hanya dijadikan untuk kepentingan elektoral semata.

Seorang warga memperlihatkan kipas bergambarkan dukungan untuk pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat kampanye di pemukiman nelayan Muara Angke, Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang warga memperlihatkan kipas bergambarkan dukungan untuk pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat kampanye di pemukiman nelayan Muara Angke, Jakarta, Selasa (2/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemilu 2024 dinilai bisa menjadi momentum besar bagi warga NU (nahdliyin) untuk bersatu. Majunya Muhaimin Iskandar (Gus Imin) sebagai calon wakil presiden (cawapres) menjadi jembatan emas bagi nahdliyin agar bisa mewarnai arah perjalanan bangsa secara lebih signifikan. 

“Pemilu 2024 harusnya menjadi momentum persatuan dari nahdliyin. Majunya Gus Imin sebagai cawapres harus dimanfaatkan untuk memastikan aspirasi politik dan harapan agar nahdliyin lebih sejahtera bisa benar-benar terwujud,” ujar Wakil Sekjen DPP PKB Syaiful Huda, di sela Haul ke-45 Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar KH Bisri Syansuri, di Jombang, Jawa Timur, Jumat (12/1/2024) malam. 

Baca Juga

Dalam keterangan tertulisnya, Huda mengatakan, majunya Muhaimin Iskandar sebagai cawapres bersama Anies Baswedan sebagai calon presiden akan memberikan peluang besar bagi nahdliyin untuk menjadi  episentrum kebijakan pemerintah. Jika dalam momentum pemilu-pemilu sebelumnya nahdliyin hanya dimanfaatkan untuk kepentingan elektoral semata, maka hal itu tidak akan terjadi jika Muhaimin Iskandar benar terpilih sebagai wakil presiden di Pemilu 2024.

“Selama ini kita sering mengeluh jika nahdliyin hanya menjadi daun salam, pendorong mobil mogok yang ditinggal atau dibuang setelah kontestasi politik dimenangkan, maka hal itu dipastikan tidak terulang jika Mas Anies dan Gus Imin terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024,” ujarnya. 

Dia mengungkapkan, ada dua faktor yang akan memastikan nahdliyin menjadi episentrum kebijakan pemerintah jika pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) terpilih dalam Pemilu 2024. Pertama Anies dan Muhaimin telah terikat pada kepemimpinan dwi tunggal yang akan saling melengkapi. Kedua, faktor Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum DPP PKB yang akan mempunyai nilai tawar lebih dalam pemerintahan.

“Dua hal ini akan membedakan dengan cerita masa lalu di mana suara dan figur dari nahdliyin kerap kali diajak kelompok lain sebaga vote getter dalam pemilu dan diperankan seadanya saat mereka benar-benar memegang tampuk kekuasaan,” katanya. 

Alumnus Ponpes Denanyar ini menegaskan, akan sangat disayangkan jika dalam momentum Pemilu 2024 suara nahdliyin tetap terpecah belah. Menurutnya, momentum majunya seorang kader tulen NU dengan nilai tawar politik tinggi seperti Muhaimin Iskandar dalam Pemilu Presiden bisa jadi tidak terjadi setiap dua puluh tahun sekali. 

“Jika momentum 2024 ini dilewatkan begitu saja, maka keinginan mayoritas nahdliyin agar mereka tidak sekadar jadi bancakan suara bisa jadi tidak akan terwujud dalam waktu dekat,” ujar Huda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement