Sabtu 20 Jan 2024 17:30 WIB

Ini Syarat Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran versi Indikator

Prabowo-Gibran mendapat dukungan 48,55 persen.

Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kanan) didampingi Pimpinan Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) Panglima Jilah (kiri) menghadiri Bahaupm Bide Bahana (Silaturahim) Pasukan Merah TBBR di Pontianak, Sabtu (20/1/2024). Pada acara yang dihadiri ratusan warga Suku Dayak yang tergabung dalam Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) tersebut Prabowo Subianto mendapat permintaan untuk memperhatikan pendidikan anak-anak masyarakat Dayak.
Foto: ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kanan) didampingi Pimpinan Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) Panglima Jilah (kiri) menghadiri Bahaupm Bide Bahana (Silaturahim) Pasukan Merah TBBR di Pontianak, Sabtu (20/1/2024). Pada acara yang dihadiri ratusan warga Suku Dayak yang tergabung dalam Pasukan Merah Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) tersebut Prabowo Subianto mendapat permintaan untuk memperhatikan pendidikan anak-anak masyarakat Dayak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Founder Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi melihat peluang pasangan calon (paslon) 02, Prabowo-Gibran memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran sangat terbuka. Salah satu syaratnya partisipasi pendukung Paslon 02 harus aktif menggunakan hak pilihnya, serta suara undicided voters tersebar secara proporsional.

Berdasar survei Indikator Politik, dengan metode tatap muka langsung memilih dari surat suara pasangan Prabowo-Gibran unggul telak dari pasangan lainnya. Prabowo-Gibran mendapat dukungan 48,55 persen, Anies-Muhaimin (24,17 persen), Ganjar-Mahfud (21,60 persen), dan tidak menjawab (5,68 persen).

Baca Juga

Dengan hasil ini, Burhanuddin melihat peluang Prabowo-Gibran untuk menang dalam satu putaran sangat terbuka. Namun ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.

Dijelaskannya, soal menang satu putaran sangat tergantung pada dua hal. Pertama, terkait undicided voter sebesar 5,68 persen yang belum menentukan pilihan. “Apakah ini terbagi secara proporsional ke tiga pasangan calon, atau ngeblok ke salah satu pasangan calon. Kalau polanya sama dengan temuan Indikator sebelumnya," kata Burhanuddin.

Suara undecided voters biasaya ke penantang dibanding ke petahana. Dalam konteks ini, Prabowo-Gibran maupun Ganjar-Mahfud MD lebih merepresentasikan petahana. Sedangkan Anies-Muhaimin merepresentasikan penantang.

“Jika suara 5,68 persen ini ke Anies-Muhaimin maka Prabowo-Gibran gagal untuk membungkus kemenangan satu putaran. Dan suara Anies bisa lebih tinggi dari prediksi kami,” papar Burhanuddin.

Kedua, terkait partisipasi pendukung. Burhanuddin menjelaskan, dalam melakukan survei maka peneliti survei yang mendatangi secara aktif responden. “Kalau respondennya ada di Miangas ya kita datangi ke Miangas,” ungkapnya.

Padahal dalam pemilu yang aktif adalah pemilih yang mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS).  “Ini yang kita sebut turn out yaitu kebersediaan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Dalam survei angka ini (Prabiowo-Gibran 48,55 persen) adalah angka seratus persen,” papar Burhanuddin.

Jika turn out ini bias ke salah satu calon, maka menjadi hal buruk bagi paslon yang memiliki pendukung yang malas. Menurut Burhanuddin, dalam pemilih Prabowo-Gibran, sebagian besar didongkrak pemilih muda, terutama Gen Z. Padahal pemilih muda ini terkena sindrom Gen Z dan Millenial Phantom. 

“Dalam beberapakali exitpool yang kita lakukan, pemilih muda, semakin muda kecenderungan menggunakan hak pilihnya semakin kecil,” ungkapnya.

Hal inilah, menurut Burhanuddin, yang harus menjadi peringatan bagi paslon Prabowo-Gibran. Jika pendukung mudanya tidak menggunakan hak suara maka yang paling tergerus suaranya adalah pasangan Prabowo-Gibran.

Sementara, lanjut Burhanuddin, pemilih Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud, profil pemilihnya lebih tua. “Jangan lupa banyak hari libur nasional pada saat menjelang pencoblosan,” kata Burhanuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement