Ahad 04 Feb 2024 20:57 WIB

Debat Isu Pendidikan Hingga Inklusi, Anies Pakai Bahasa Isyarat 'Waktunya Perubahan'

Anies memulai paparan dengan menyebutkan persoalan terbesar adalah ketimpangan.

Rep: Eva Rianti/ Red: Agus raharjo
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan.
Foto: Republika.co.id
Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Rasyid Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menarik perhatian pada awal debat pamungkas dengan menggunakan sedikit bahasa isyarat. Anies menyampaikan visi misinya terkait Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

 

Baca Juga

Sebelum memasuki sesi penyampaian visi dan misi, Anies menunjukkan gerakan atau bahasa isyarat dengan menggerakkan kedua tangannya. Anies terlihat menunjuk jam tangan yang digunakannya pada tangan kiri. Kemudian, Anies menggerakkan telapak tangan kanan dan kirinya dari depan ke belakang dan sebaliknya

 

Gerakan tangan atau bahasa isyarat yang ditunjukkan Anies itu artinya adalah 'waktunya perubahan'. Perubahan sendiri diketahui merupakan visi yang digaungkan Anies bersama pasangannya, Muhaimin Iskandar.

 

Setelah itu, Anies memulai paparan visi misinya dengan menyebutkan bahwa  persoalan terbesar bangsa Indonesia hari ini adalah ketimpangan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan. Dia menyebutkan ada ketimpangan antara Jakarta-luar Jakarta, Jawa-luar Jawa, kaya-miskin, desa-kota, pendidikan umum-pendidikan agama, serta pendidikan kejuruan dan pendidikan teknis.

 

"Ini semua adalah ketimpangan di republik ini menjadi fenomena berbahaya bagi republik ini, bahkan di bidang perekonomian segelintir menguasai sebagian besar ekonomi kita," kata Anies dalam debat pamungkas di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Ahad (4/2/2024).

 

Anies mengungkapkan bahwa masalah di Indonesia saat ini diantaranya adalah 45 juta orang belum bekerja dengan layak. Lalu 70 juta orang Indonesia tidak memiliki jaminan sosial. Pendidikan pun sulit diperoleh.

Masalah kesehatan mental pun disinggung dengan mengungkap data 15 juta orang mengalami masalah kesehatan mental dan kekerasan seksual. "Sangat frustasi melihatnya," ungkap eks gubernur DKI Jakarta itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement