Kamis 28 Dec 2023 22:47 WIB

Isu Ekonomi dalam Debat Cawapres Dinilai Belum Solutif

Para pasangan calon (paslon) itu malah fokus ke program infrastruktur ibu kota.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Momen debat cawapres yang diikuti Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
Foto: Republika.co.id
Momen debat cawapres yang diikuti Abdul Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, isu ekonomi yang dibahas dalam debat calon wakil presiden (cawapres) belum cukup. Dalam debat yang berlangsung pada 22 Desember itu, dianggap masih belum memberikan solusi jitu bagi perekonomian nasional.

Ekonom Indef Esther Sri Astuti mengatakan, berbagai ide yang dikemukakan para cawapres belum membumi. Itu karena, hanya mengungkapkan keinginan Indonesia menjadi negara besar dan Indonesia emas.

Baca Juga

"Kemudian menciptakan generasi emas dengan adanya bonus demografi. Hal itu tidak dibekali investasi SDM (Sumber Daya Manusia) yang cukup," ujarnya dalam Diskusi Publik secara virtual, Kamis (28/12/2023).

Menurutnya, para pasangan calon (paslon) itu malah fokus ke program infrastruktur ibu kota. Padahal, kata dia, bukan program prioritas nasional.

Ia menjelaskan, agar menjadi negara dengan kekuatan ekonomi besar, yang diperlukan yaitu investasi, SDM, modal, serta teknologi. Maka, Esther menuturkan, para paslon perlu mendengarkan gagasan dari para ekonom.

Pada kesempatan sama, Ekonom Senior Indef Aviliani mengatakan, realisasi investasi akan lebih baik setelah Februari, karena selama Pemilihan Presiden (Pilpres), para investor masih menunggu dan mengamati atau wait and see. Seperti diketahui Pilpres rencananya digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

"Investor terutama sektor riil, mereka mau investasi sekarang mereka belum tahu siapa presidennya. Kebijakannya seperti apa, sehingga mungkin kalau satu putaran, setelah Februari mulai bagus lagi (investasi)," ujarnya.

Ia melanjutkan, jika Pilpres digelar dua putaran, investor akan lebih lama wait and see. Maka menurutnya, perekonomian tahun depan belum tentu lebih baik dibandingkan 2023.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement