Ahad 04 Feb 2024 18:25 WIB

FSGI: Tiga Paslon Belum Munculkan Pendidikan yang Berkebudayaan di Visi-Misi

Para capres disebut masih berkutat pada pendidikan gratis dan kesejahteraan guru.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengingatkan para calon presiden (capres) yang akan berdebat pada Ahad (4/2/2024) malam nanti bahwa pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Sekjen FSGI Heru Purnomo mengatakan, kebudayaan adalah bagian dari pendidikan.

Budaya dalam pendidikan bangsa merupakan inti dari suatu proses. Semakin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya, pendidikan juga merupakan proses kebudayaan, sebab proses pendidikan terjadi dalam konteks kebudayaan.  

“FSGI mengkaji visi dan misi capres yang ternyata dalam visi dan misi pendidikannya belum memunculkan pendidikan yang berkebudayaan. Para capres masih berkutat pada pendidikan gratis dan kesejahteraan guru”, ujar Heru Purnomo, dalam keterangan yang diterima Ahad (4/2/2024).

Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti menambahkan, sejatinya proses pendidikan berfungsi merekonstruksi kebudayaan yang artinya, proses pendidikan yang memungkinkan peserta didik mampu memberi makna terhadap lingkungan atau dunia kehidupannya. Ia mencontohkan, bila di daerah pesisir maka pendidikan yang berkebudayaan maritim yang dibangun.

"Begitupun ketika lingkungan penggunungan, maka kebudayaan penggunungan yang dikembangkan,” ujar Retno Listyarti.

Dalam visi misinya pasangan calon nomor urut satu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menyebutkan tentang pendidikan dan kebudayaan mencakup akses pendidikan berkeadilan, kualitas dan kesejahteraan guru, hingga keterjangkauan biaya pendidikan tinggi. Namun, keduanya hanya menyebut secara umum dan belum tertuang dalam arah program kebijakannya. 

Kemudian, paslon nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming juga belum mengaitkan visi dan misinya antara pendidikan dan kebudayaan. Dalam visi misi Prabowo-Gibran bidang pendidikan, sains, teknologi, dan kebudayaan, tertuang dalam Asta Cita 4 yang berbunyi "memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas".

Sementara itu, paslon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, sebenarnya sudah mengarahkan pendidikan dan kebudayaan dalam visinya, yaitu terkait Indonesia sebagai negara maritim yang mayoritas wilayahnya adalah laut, yaitu melalui Visi "Menuju Indonesia Unggul Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari”. Namun, misi pendidikan belum tajam mengaitkan Pendidikan dan kebudayaan. 

"Paslon 03 misi pendidikannya seharusnya menguatkan kemaritiman. Contohnya, untuk wilayah-wilayah pesisir di seluruh Indonesia menargetkan penambahan sekolah tinggi dan sekolah vokasi (SMK) perikanan, perkapalan, kelautan atau sejenisnya”, ujar Retno. 

Retno menambahkan, kurikulum juga harus menyesuaikan dengan budaya dan kekayaan alamnya. Penelitian juga diarahkan pada berbagai teknologi pengolahan makanan laut yang berkualitas ekspor, teknologi pengawetan ikan, teknologi penangkapan hasil laut, dll. 

"Bali misalnya, menjadikan seni dan budaya mereka menjadi bagian dari pendidikan. Misalnya, meningkatnya jumlah sekolah tinggi dan sekolah vokasi bidang perhotelan dan pariwisata. Seluruh peserta didik di Bali diajarkan menari, karena tarian bagian budaya mereka dan tarian dan segala bentuk budaya masyarakat Bali seperti Ngaben dan alam yang dijaga baik misalnya, merupakan daya tarik bagi wisatawan asing untuk ke Bali. Masyarakat Bali tetap memelihara budaya leluhurnya, namun budaya juga bisa menghidupi mereka," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement