Ganjar Pranowo hari ini menanggapi hasil survei dari Indikator Politik Indonesia dan CSIS. Dua hasil dari lembaga tersebut disebutnya berbeda, tetapi ia tetap menghormati hasil riset tersebut.
"Tentu saja kita hormati hasil survei itu, tetapi buat saya yang penting, seluruh kader partai, seluruh relawan bertemu dengan masyarakat," ujar Ganjar usai menghadiri acara sarasehan nasional Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta, Kamis (28/12/2023).
Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud juga disebutnya memiliki hasil survei internalnya. Adapun hasil survei dari lembaga lain akan menjadi masukan dan bahan evaluasi pihaknya.
"Karena itulah yang anda rasakan relasi langsung dengan masyarakat, itu situasi saat ini. Makin banyak bergerak, makin banyak bertemu, karena yang pasti akan ada yang memilih," sambungnya.
"Kita setiap hari ada evaluasi, kita juga punya survei sendiri," sambungnya.
Adapun pasangan Ganjar, Mahfud MD mengatakan, dirinya enggan memercayai hasil survei terbaru CSIS yang menempatkan elektabilitas dirinya bersama Ganjar Pranowo berada di posisi terbawah. Berdasarkan suvei terbaru CSIS, pasangan Ganjar Mahfud hanya meraih elektabilitas 19,4 persen.
"Saya enggak percaya sama sekali (hasil survei CSIS)" kata Mahfud di sela kunjungannya ke Pondok Pesanter Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Kamis (28/12/2023).
Mahfud pun mengungkapkan alasan sirinya enggan memercayai hasil survei CSIS. Di mana lembaga survei tersebut pernah merilis hasil survei yang menyatakan Joko Widodo (Jokowi) bakal kalah pada kontestasi Pilpres sebelumnya. Namun, kata Mahfud, hal itu salah total.
"CSIS itu kan pernah meramal Pak Jokowi kalah. Dua minggu sebelum pilpres sudah ada berita berdasar hasil survei CSIS, Jokowi game over, tapi salah total," ujarnya.
Mahfud menegaskan, dirinya tak ambil pusing soal rendahnya elektabilitas berdasarkan survei CSIS tersebut. Ia pun menyatakan, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud memiliki survei internal. Meskipun, enggan mengungkapkan hasil riset berdasarkan tim survei internal tersebut.
"Enggak apa-apa, kita punya survei sendiri. Itu (hasil survei CSIS) hanya untuk menekan psikologi saja, untuk nakut-nakuti orang," ucapnya.