Sementara itu, pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, mengatakan, kehadiran Kaesang serta Jokowi tak bisa dipungkiri berhasil mendongkrak suara PSI dari 1,89 persen di Pemilu 2019 menjadi 2,8 persen di Pemilu 2024. Menurut dia, penyebab utama PSI gagal masuk parlemen adalah karena mayoritas caleg yang diusung kurang bertaji.
"Caleg-caleg yang diajukan PSI umumnya berkategori sedang saja dari sisi pendanaan, kepopuleran, maupun dari kemampuan strategi berpolitiknya. Jadi PSI ini terkendala oleh calegnya yang semenjana," kata Efriza kepada Republika.co.id, baru-baru ini.
Efriza berpendapat, Kaesang harus membenahi internal PSI apabila ingin lolos ke Senayan pada 2029. Saat bersamaan, Kaesang juga bisa menambah kekuatan partai dengan cara menempatkan kader-kader terbaik PSI di pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Kemungkinan yang akan dilakukan oleh Kaesang adalah meminta jatah kursi wakil menteri, duta besar, maupun komisaris BUMN untuk kader PSI kepada sang kakak (Gibran) secara tak langsung, atau langsung meminta kepada Prabowo," ujar dosen dosen Ilmu Pemerintahan di Universitas Sutomo, Serang, Banten itu.